LAPORAN
PENGAMATAN
PAGELARAN SENI KARAWITAN
DI INSTITUT SENI
INDONESIA SURAKARTA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Apresiasi Seni dan Karawitan
Dosen : Waluyo
Oleh
:
Diana Damayanti (A510120086)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2014
LAPORAN
PENGAMATAN PAGELARAN KARAWITAN DI INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
Karawitan berasal dari kata rawit yang artinya kecil,
halus dan rumit. Karawitan adalah seni suara yang menggunakan alat-alat gamelan
dan memakai laras slendro dan atau laras pelog. Seni karawitan sangat terkenal di
Indonesia.
Pada hari kamis, 10 April 2014 dan rabu, 16 April 2014merupakan hari
yang telah dijadwalkan untuk mahasiswa semester IV FKIP PGSD UMSkhususnya kelas A, B dan C melaksanakan
pengamatan pagelaran karawitan di gedung teater
Institut Seni Indonesia Surakarta, Jawa Tengah. Pukul 19.00 WIBmahasiswa sudah
banyak yang hadir di gedung tersebut. Mereka
tampak menanti pertunjukan yang akan dihadirkan oleh para mahasiswa dan mahasiswi ISI Surakarta. Tepat pukul 19.30 WIB pementasankarawitan dimulai.
Berikut hasil pengamatan saya :
Pementasan pada tanggal 10 April 2014 ( karawitan tradisional )
1.
Pementasankarawitan Srimpi Gambir Sawit laras slendro pathet
sanga yang disajikan oleh Suwuh Brastha Wiyono sebagai vokal,
2.
Pementasan karawitan Pakeliran Jejer I Karawitan slendro pathet
nem yang disajikan oleh Mariatun yang menyajikan rebab,
3.
Pementasan karawitan Badaya Pangkur slendro pathet manyura yang
disajikan oleh Lilianawati sebagai vokal,
4.
Pementasan karawitan Bedhayan Kaduk Manis pelog pathet nem yang
disajikan oleh Dewi Mayang Arum,
5.
Pementasan karawitan Bedhayan Sangupati pelog pathet barang yang
disajikan oleh Dini Sekar Wati,
6.
Pementasan karawitan Pakeliran Jejer I laras slendro pathet nem
yang disajikan oleh Tri Bayu Deni,
7.
Pementasan karawitan
“Klenengan” laras menyesuaikan yang disajikan oleh Puji Lestari sebagai
sinden, Lalianawati menyajikan rebab, Adya Satriya H. Warih menyajikan
kendhang, dan Danang Ari P menyajikan gender.
Pementasanpada tanggal 16 April 2014 ( karawitan yang
dikreasikan )
1.
Pementasan “Klutekan“
oleh Arna
Klutekan ini terinspirasi
dari kegiatan sehari-hari. Hanya dari
sering mendatangi warung makan jadi terinspirasi karya yang berjudul
“Klutekan”.Pementasn Klutekan ini menggunakan alat-alat rumah tangga maupun
barang bekas diantaranya adalah gelas, sendok, botol, gunting, panci, piring,
selain itu juga menggunakan suara yang sering kita dengar sehari-hari yaitu
suara air mendidih, suara penggorengan, suara meja yang dipukul. Semua suara
itu dikombinasikan menjadi sebuah irama, selain itu pertunjukan ini juga di
kombinasikan dengan teater. Dari pertunjukan ini mengisyaratkan bahwa kegiatan
yang simple yang dapat kita jumpai sehari-hari dapat menjadi sebuah seni yang
indah dan menarik. Untuk kostum para pemain menyesuaikan dengan perannya
misalnya penjual memakai baju seperti penjual biasanya, pengamen memakai kostum
pengamen, dll. Pertunjukan ini dimainkan oleh 10 orang, 7 laki-laki dan 3
perempuan. Mereka sangat menjiwai perannya masing-masing.
2.
Pementasan “Trenyuh”
oleh Jasno
Trenyuh adalah sebuah
perasaan iba dimana dikala melihat atau mendengar sesuatu yang membuatnya
sedih. Inti cerita pada pertunjukan ini adalah seorang kepala keluarga yang berjuang
agar terjadi penyatuan keluarga yang utuh,namun bukan penyatuan yang ia
dapatkan melainkan kebencian. Disini diceritakan bahwa seorang ayahyang
terpisah dengan keluarganya kemudian mencari keluarganya dengan penuh
perjuangan, namun ketika ditemukan tidak diakui oleh keluarganya, sehingga
menyebabkan suatu keadaan dimana disebut dengan ‘Trenyuh’. Alur cerita
disampaikan melalui music, musik menceritakan tentang kisah tersebut. Alat yang
digunakan antara lain : bambu, kenong, rebab, harmonica, gender, kendi, gelas
dan siter.Kostum yang digunakan yaitu kaos hitam.Pertunjukkan ini dimainkan
oleh 7 orang, dimana mas Jasno sebagai pemimpinnya.
3.
Pementasan “Rondho”
oleh Kukuh Yuwono Basuki.
Rondho adalah suatu keadaan
dimana seorang istri yang ditinggal suaminya. Rondho sudah menjadi hal biasa
dimasyarakat. Rondho berperan ganda sebagai seorang ibudan kepala keluarga yang
mempunyai tanggungjawab harus mempunyai sikap yang penuh kasih sayang kepada
anaknya sebagai seorang single parent dan mempunyai sikap tegas untuk mendidik
anaknya. Ketenangan dan kelembutan harus disandingkan dengan ketegasan, seiring
berjalannya waktu demi waktu tetap semangat mencari nafkah sendiri. Walaupun
tidak mudah tetapi itulah yang harus dijalani oleh seorang “rondho”. Alat yang
digunakan antara lain: kendhang, suling, siter, bonang, gender, gambang.Kostum
yang digunakan dalam pertunjukan ini memakai baju barong bali. Pertunjukan ini
dimainkan oleh 6 orang mahasiswa semua.
4.
Pementasan “Ngedhablu”
oleh Surya Winarko.
Ngedhablu artinya bicara
yang tidak ada buktinya. Menggambarkan seseorang yang ngumbar janji pada saat
kampanye. Setelah duduk di kursi pemerintah janjinya belum tentu dipenuhi. Alur musik menggambarkan cerita tersebut.
Musik diawali dengan nada tepuk pramuka berkali-kali. Alat yang digunakan antara
lain: gong, kenong, bonang, kempal, ketuk kempyang, gambang. Dimainkan oleh 4
orang mahasiswa. kostum yang digunakan adalah kemeja putih berdasi hitam 2 dan
kemeja hitam berdasi putih 2.
5.
Pementasan
“Kasmaran” oleh Toni Prabowo.
Semua makhluk di bumi pernah
merasakan kasmaran. Ada saatnya senang dan sedih, susah dan bahagiayang dijalani
berdua. Alat yang digunakan dalam pementasan
tersebut adalah : kempul, biola, bonang, suling, gong, ketipung,
slenthem, dan gitar. Disajikan oleh 7 mahasiswa dan seorang mahasiswi. Kostum
yang digunakan untuk laki-laki mengenakan baju merah, celana hitam, jarik, dan
ikat kepala, sedangkan yang perempuan mengenakan kebaya pendek. Musiknya
menceritakan gambaran kasmaran.
6. Pementasan “ Lewat
Belakang ” oleh Udin Tri Cahyo / Bang Jhon Underground.
Ketika yang kuat menjadi penguasa, ketika pemimpin
menjadi penjajah, ketika yang lemah menjadi korban, ketika sifat serakah muncul
maka ketika itulah keadilan mulai sulit ditemukan. Fenomena kanibalisme antar
manusia dimana-mana. Korupsi dan sifat keserakahan membudidaya. Sajian ini
diawali dengan penyalaan api dari korek gas secara beriringan. Alat yang
digunakan dalam pementasan ini adalah : kempul, gong, kendhang, ketuk kempyang,
slenthem, siter, kenong, cente, dan kecapi. Dimainkan oleh 6 mahasiswa. Ketika
diakhir sajian para pemain memainkan musik dengan membelakangi penonton,
perlahan satu per satu pemain keluar dari panggung.
Dari sekian
pagelaran karawitan yang ditampilkan dari yang tradisional sampai yang modern
yang paling menarik perhatian saya adalah karya dari Sdr. Arna yang bejudul
“Klutekan”. Menurut saya karya ini begitu unik, menarik dan keren. Karya inilah
yang paling menarik perhatian saya. Sajian ini mampu menyegarkan suasana karena
dapat membuat penonton tertawa dan penasaran dengan sajian tersebut. Karya ini
sangat kreatif, menggunakan suara yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu juga memadukan karawitan dengan teater, dan para
pemainpun menghayati perannya masing-masing dengan baik dengan menggunakan
kostum yang sesuai dengan perannya masing-masing. Tampaknya penyaji ingin menuangkan perasaannya
dalam sebuah komposisi karawitan atas inspirasi yang didapatnya dari
warung-warung makan.
Secara keseluruhan saya tertarik
dengan komposisi yang disajikan oleh Sdr Arna dengan judul
“Klutekan”