Minggu, 18 Mei 2014

laporan karawitan



LAPORAN PENGAMATAN
PAGELARAN SENI KARAWITAN
DI INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Apresiasi Seni dan Karawitan
Dosen : Waluyo




Oleh :
Diana Damayanti                    (A510120086)
 
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014


LAPORAN PENGAMATAN PAGELARAN KARAWITAN DI INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
Karawitan berasal dari kata rawit yang artinya kecil, halus dan rumit. Karawitan adalah seni suara yang menggunakan alat-alat gamelan dan memakai laras slendro dan atau laras pelog. Seni karawitan sangat  terkenal di Indonesia.
Pada hari kamis, 10 April 2014 dan rabu, 16 April 2014merupakan hari yang telah dijadwalkan untuk mahasiswa semester IV FKIP PGSD UMSkhususnya kelas A, B dan C melaksanakan pengamatan pagelaran karawitan di gedung teater Institut Seni Indonesia Surakarta, Jawa Tengah. Pukul 19.00 WIBmahasiswa sudah banyak yang hadir di gedung tersebut. Mereka tampak menanti pertunjukan yang akan dihadirkan oleh para mahasiswa dan mahasiswi ISI Surakarta. Tepat pukul 19.30 WIB pementasankarawitan dimulai.
Berikut hasil pengamatan saya :
*      Pementasan pada tanggal 10 April 2014 ( karawitan tradisional )
1.      Pementasankarawitan Srimpi Gambir Sawit laras slendro pathet sanga yang disajikan oleh Suwuh Brastha Wiyono sebagai vokal,
2.      Pementasan karawitan Pakeliran Jejer I Karawitan slendro pathet nem yang disajikan oleh Mariatun yang menyajikan rebab,
3.      Pementasan karawitan Badaya Pangkur slendro pathet manyura yang disajikan oleh Lilianawati sebagai vokal,
4.      Pementasan karawitan Bedhayan Kaduk Manis pelog pathet nem yang disajikan oleh Dewi Mayang Arum,
5.      Pementasan karawitan Bedhayan Sangupati pelog pathet barang yang disajikan oleh Dini Sekar Wati,
6.      Pementasan karawitan Pakeliran Jejer I laras slendro pathet nem yang disajikan oleh Tri Bayu Deni,
7.      Pementasan karawitan  “Klenengan” laras menyesuaikan yang disajikan oleh Puji Lestari sebagai sinden, Lalianawati menyajikan rebab, Adya Satriya H. Warih menyajikan kendhang, dan Danang Ari P menyajikan gender.

*      Pementasanpada tanggal 16 April 2014 ( karawitan yang dikreasikan )
1.      Pementasan “Klutekan“ oleh Arna
Klutekan ini terinspirasi dari kegiatan sehari-hari.  Hanya dari sering mendatangi warung makan jadi terinspirasi karya yang berjudul “Klutekan”.Pementasn Klutekan ini menggunakan alat-alat rumah tangga maupun barang bekas diantaranya adalah gelas, sendok, botol, gunting, panci, piring, selain itu juga menggunakan suara yang sering kita dengar sehari-hari yaitu suara air mendidih, suara penggorengan, suara meja yang dipukul. Semua suara itu dikombinasikan menjadi sebuah irama, selain itu pertunjukan ini juga di kombinasikan dengan teater. Dari pertunjukan ini mengisyaratkan bahwa kegiatan yang simple yang dapat kita jumpai sehari-hari dapat menjadi sebuah seni yang indah dan menarik. Untuk kostum para pemain menyesuaikan dengan perannya misalnya penjual memakai baju seperti penjual biasanya, pengamen memakai kostum pengamen, dll. Pertunjukan ini dimainkan oleh 10 orang, 7 laki-laki dan 3 perempuan. Mereka sangat menjiwai perannya masing-masing.

2.      Pementasan “Trenyuh” oleh Jasno
Trenyuh adalah sebuah perasaan iba dimana dikala melihat atau mendengar sesuatu yang membuatnya sedih. Inti cerita pada pertunjukan ini adalah seorang kepala keluarga yang berjuang agar terjadi penyatuan keluarga yang utuh,namun bukan penyatuan yang ia dapatkan melainkan kebencian. Disini diceritakan bahwa seorang ayahyang terpisah dengan keluarganya kemudian mencari keluarganya dengan penuh perjuangan, namun ketika ditemukan tidak diakui oleh keluarganya, sehingga menyebabkan suatu keadaan dimana disebut dengan ‘Trenyuh’. Alur cerita disampaikan melalui music, musik menceritakan tentang kisah tersebut. Alat yang digunakan antara lain : bambu, kenong, rebab, harmonica, gender, kendi, gelas dan siter.Kostum yang digunakan yaitu kaos hitam.Pertunjukkan ini dimainkan oleh 7 orang, dimana mas Jasno sebagai pemimpinnya.

3.      Pementasan “Rondho” oleh Kukuh Yuwono Basuki.
Rondho adalah suatu keadaan dimana seorang istri yang ditinggal suaminya. Rondho sudah menjadi hal biasa dimasyarakat. Rondho berperan ganda sebagai seorang ibudan kepala keluarga yang mempunyai tanggungjawab harus mempunyai sikap yang penuh kasih sayang kepada anaknya sebagai seorang single parent dan mempunyai sikap tegas untuk mendidik anaknya. Ketenangan dan kelembutan harus disandingkan dengan ketegasan, seiring berjalannya waktu demi waktu tetap semangat mencari nafkah sendiri. Walaupun tidak mudah tetapi itulah yang harus dijalani oleh seorang “rondho”. Alat yang digunakan antara lain: kendhang, suling, siter, bonang, gender, gambang.Kostum yang digunakan dalam pertunjukan ini memakai baju barong bali. Pertunjukan ini dimainkan oleh  6 orang mahasiswa semua.

4.      Pementasan “Ngedhablu” oleh Surya Winarko.
Ngedhablu artinya bicara yang tidak ada buktinya. Menggambarkan seseorang yang ngumbar janji pada saat kampanye. Setelah duduk di kursi pemerintah janjinya belum tentu dipenuhi.  Alur musik menggambarkan cerita tersebut. Musik diawali dengan nada tepuk pramuka berkali-kali. Alat yang digunakan antara lain: gong, kenong, bonang, kempal, ketuk kempyang, gambang. Dimainkan oleh 4 orang mahasiswa. kostum yang digunakan adalah kemeja putih berdasi hitam 2 dan kemeja hitam berdasi putih 2.

5.      Pementasan “Kasmaran” oleh Toni Prabowo.
Semua makhluk di bumi pernah merasakan kasmaran. Ada saatnya senang dan sedih, susah dan bahagiayang dijalani berdua. Alat yang digunakan dalam pementasan  tersebut adalah : kempul, biola, bonang, suling, gong, ketipung, slenthem, dan gitar. Disajikan oleh 7 mahasiswa dan seorang mahasiswi. Kostum yang digunakan untuk laki-laki mengenakan baju merah, celana hitam, jarik, dan ikat kepala, sedangkan yang perempuan mengenakan kebaya pendek. Musiknya menceritakan gambaran kasmaran.

6.      Pementasan “  Lewat Belakang ” oleh Udin Tri Cahyo / Bang Jhon Underground.
Ketika yang kuat menjadi penguasa, ketika pemimpin menjadi penjajah, ketika yang lemah menjadi korban, ketika sifat serakah muncul maka ketika itulah keadilan mulai sulit ditemukan. Fenomena kanibalisme antar manusia dimana-mana. Korupsi dan sifat keserakahan membudidaya. Sajian ini diawali dengan penyalaan api dari korek gas secara beriringan. Alat yang digunakan dalam pementasan ini adalah : kempul, gong, kendhang, ketuk kempyang, slenthem, siter, kenong, cente, dan kecapi. Dimainkan oleh 6 mahasiswa. Ketika diakhir sajian para pemain memainkan musik dengan membelakangi penonton, perlahan satu per satu pemain keluar dari panggung.

Dari sekian pagelaran karawitan yang ditampilkan dari yang tradisional sampai yang modern yang paling menarik perhatian saya adalah karya dari Sdr. Arna yang bejudul “Klutekan”. Menurut saya karya ini begitu unik, menarik dan keren. Karya inilah yang paling menarik perhatian saya. Sajian ini mampu menyegarkan suasana karena dapat membuat penonton tertawa dan penasaran dengan sajian tersebut. Karya ini sangat kreatif, menggunakan suara yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga memadukan karawitan dengan teater, dan para pemainpun menghayati perannya masing-masing dengan baik dengan menggunakan kostum yang sesuai dengan perannya masing-masing. Tampaknya penyaji ingin menuangkan perasaannya dalam sebuah komposisi karawitan atas inspirasi yang didapatnya dari warung-warung makan. Secara keseluruhan saya tertarik dengan komposisi yang disajikan oleh Sdr Arna dengan judul “Klutekan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar